AKU BANGGA MENJADI GURU

Dulu, mendengar kata guru ada terasa alergi ditelinga, menurutku guru adalah profesi yang tidak mengenakkan. Ibu saya seorang pensiunan guru SD, saya juga pernah menjadi anak didiknya. Pengalaman menjadi guru memang tidak saya rasakan secara langsung namun saya tahu bagaimana repotnya menjadi seorang guru. Ibu saya terkenal dengan guru yang galak di era nya. Setiap ketemu dengan muridnya selalu saja mereka berkata bahwa ibu saya dahulunya seorang guru yang galak. Pengalaman inilah yang membuat saya alergi mendengar kata guru apa lagi berprofesi sebagai guru tentunya hal yang paling saya hindari. Bahkan di kepala saya saya setting bahwa TIDAK akan pernah menjadi seorang guru.

Setamatnya saya dari bangku perkuliahan saya awalnya terpaksa memilihi fakultas FKIP yang notabene setelah tamatnya akan di rekrut menjadi seorang guru karena sesuai dengan bidang ilmu yang dianutnya. Jujur saya katakan bahwa FKIP ini dipilih hanya untuk mendapatkan jurusan Bahasa Inggris. Sebenarnya cita-cita saya ingin menjadi seorang bidan. Namun setelah tiga kali mencoba bersaing tak kunjung di gapai cita-citanya. Allah berkehendak yang lain. Saya duduk dibangku perkuliahan dengan jurusan Bahasa Inggris. Saya sangat suka mempelajari Bahasa Inggris dengan anggapan suatu hari saya akan pergi keluar negri dengan beasiswa dari pemerintah. Alhasil mimpi saya ini menjadi kenyataan, saya bisa berkeliling dunia gratis dengan komunikasi bahasa inggris yang saya miliki.

Sepulangnya dari kegiatan tersebut, saya dianjurkan oleh ibu saya untuk mendaftarkan diri menjadi seorang PNS yaitu guru karena ijazah yang saya miliki ijazah keguruan. Tentunya saya shock mendengar nya. Karena mindset saya menolak untuk itu. Namun apa boleh di kata karena perkataan seorang ibu wajib di turuti agar tidak di katakana sebagai anak durhaka dan menjadi penghuni neraka kelak. Pendek ceritanya saya lolos seleksi menjadi seorang guru.

Awal menjadi seorang guru ini sangat berat sekali saya rasakan. Ilmu yang saya dapatkan dibangku perkuliahan tak semuanya saya ikuti dengan baik karena tak ingin menjadi soeorang guru, saya lebih berfokus pada materi dengan konten mata kuliah berbasis bahasa inggris. Hal ini tentunya membuat saya kewalahan ketika menjadi seorang guru yang dituntut serba sempurna dan paham kurikulum dengan baik. Kurikulum ini sangatlah jelimet untuk dipahami. Saya awal-awalnya mengajar masih uring-uringan dikarenakan tidak menguasai konsep dan tata cara bagaimana pedagogic yang baik didalam kelas. Setahun dua tahun saya jalani dalam keadaan seperti ini. Di tahun ketiga saya sudah mulai move on dengan mencoba membuka diri menjadi guru seutuhnya. Saya saat itu sudah mulai merasakan asiknya menjadi seorang guru. Saya juga mulai menyesali mengapa dahulunya saya berpikiran negative bahkan menolak profesi ini. Saya perlahan mulai belajar dan terus belajar memperkaya diri dengan pedagogic dan memodifikasi bahan ajar sesuai materi yang akan diajarkan. Bahkan adakalanya saya tidak bisa tidur berjam-jam dimalam hari untuk memikirkan bagaimana langkah atau cara yang bisa saya lakukan untuk menyajikan pembelajaran terbaik dikelas saya.

Anak didik saya sangat menyenangi pelajaran bahasa inggris yang saya ajarkan, fakta ini membuat saya tambah bersemangat memperkaya diri untuk menjadi seorang guru yang bisa menjadi teladan bagi anak didik saya. Salah satu saya memperbaiki driri, di akhir tahun pembelajaran saya meminta anak didik saya membuat kesan dan pesan serta saran bagaimana cara saya sebaiknya mengajar agar menyenangkan bagi anak didik saya. Ini saya lakukan disetiap kelas yang saya masuki. Dan saya merasakan manfaat dari tulisan adnak didik saya ini menghasilkan peningkatan dalam hal pembelajaran saya didalam kelas. Semakin hari semakin saya mencintai profesi guru ini. Saya sangat merasakan bagaimana pahal amal jariyah yang kita aliri setiap waktu dan harinya untuk bekal kita kemudian di alam yang lebih kekal.

Saya sangat bangga menjadi seorang guru, dimana-mana kita akan dipanggil dan dihargai oleh anak didik kita. Banyak anak-anak yang mengenang dan mendoakan kita setiap dia ingat dengan kita. Dengan ikhlas mendidik anak-anak didik kita, hidup ini terasa sangat nyaman dan mudah segalanya. Apabila kita pergi kesekolah untuk mengajar dengan niat ketika melangkahkan kaki dari rumah hanya mengharapkan mendapatkan financial, maka kita tidak akan dapat apa-apa selain gaji. Namun apabila langkah yang kita ayunkan keluar dari rumah dengan niat ikhlas mengabdi mendidik anak didik kita maka kita akan mendapat dua penghasilan, yang pertama pahala yang berlimpah dan yang kedua gaji. Kita tinggal memilih salah satu yang mana yang mau kita dahulukan, mau mendahullukan mengharapkan uang/gaji atau ikhlas lah berbuat dulu.

Dengan ikhlas mengabdikan diri di dunia pendidikan maka seorang guru akan bekerja denga hati nuraninya. Bekerja dengan hati nurani akan menghasilkan suatu produk atau anak didik unggulan sesuai dengan yang diinginkan oleh agama dan juga bangsa. Akan lahir anak didik yang unggul dalam karakternya dan juga prestasi akademik dan non akademiknya. Apa ini tidak membuat kita bangga sebagai guru? Guru banyak menelorkan anak didik yang berhasil menjadi petinggi-petinggi negara, ustad, dokter dan profesi lainnya. Inilah kehebatan seorang guru dan inilah yang seharusnya membuat kita bangga untuk tetap eksis menjadi guru yang terbaik didepan anak didiknya.

Dalam proses pembelajaran setiap masuk kelas saya mencoba menyajikan hal-hal baru dalam pembelajaran. Suatu hari kewalahan dengan motivasi siswa belajar yang kurang semangat seolah-olah hanya saya saja yang semangat. Dan saya menemukan ide pembelajaran dengan menggunakan media kertas asturo dalam memperkaya kosakata anak didik dengan nama metode pembelajaran ASTUGA (Asturo Game). Untuk melihat keberhasilan metode ini saya membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengukur apakah metode yang saya gunakan ini dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar anak didik. Alhasil dari penelitian ini membuktikan bahwa terjadi kenaikan hasil output anak didik dan motivasi anak didik dalam belajar pun menjadi meningkat. Rasa bahagia yang teramat saya rasakan ketika melihat anak didik saya bersemangat belajar dan menyenangi pelajaran yang saya berikan. Tidak hanya metode ini masih banyak metode-metode pembelajaran bervariatif yang saya lakukan untuk meningkatkan hasil dan motivasi bagi anak didik. Saya bertekad ingin menjadi teladan dan percontohan bagi anak didik saya. Suatu hari ketika mereka menjadi guru misalnya mereka bisa menerapkan hal yang saya berikan kepada mereka ketika mereka dulunya pernah belajar dengan saya. Disamping profesi lainnya, karakter seorang guru harus memberikan cerminan yang baik bagi anak didiknya agar mereka senantiasa ingat bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku dan bertutur kata kepada orang lain.

Menjadi teladan bagi anak didik kita itu harus kita lakukan. Bagaimana caranya? Dengan banyak membaca, menerima masukan orang lain dan anak didik kita, bertanya dan sering melakukan komunikasi dengan orang-orang yang kita anggap memiliki kemampuan yang lebih dari kita. Apabila hal tersebut bisa kita lakukan maka kita akan menjadi guru favorit dan terbaik hingga menjadi teladan bagi anak didik kita. Mari kita ikhlas memberikan ilmu dan pendidikan karakter buat anak didik kita dan jadilah seorang guru wajib yaitu guru yang selalu dirindui kehadirannya, menjadi teladan dan akan terasa sunyi jika guru tersebut tidak berada di sekolah. Semoga tulisan ini menjadi perhatian bagi kita kaum guru dan terinspirasi olehnya.